Tuesday, May 5, 2009

Kiat Menangkal Godaan Syetan

eramuslimcom - Imam Al-Ghazali mengatakan, mengetahui tipu muslihat
syetan hukumnya fardhu 'ain bagi setiap muslim. Tapi, kebanyakan manusia
lebih tertarik dengan pengetahuan yang justru mempermudah jalan masuk
syetan mempengaruhi hati dan pikiran. Misalnya, membaca cerita-cerita
porno, melihat situs-situs dan gambar-gambar porno, dan menonton film-film
porno. Na'uzhubillahi min dzalik.

Apalagi di zaman sekarang, dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi
kita dihadapkan oleh berbagai godaan yang dapat menurunkan iman. Setiap
kali berjalan, di hadapan kita terpampang baliho-baliho iklan yang
menampilkan gambar-gambar seronok. Atau majalah-majalah porno yang digelar
di pinggir-pinggir jalan. Ini perangkap syetan. Seringkali hawa nafsu
mendorong kita untuk melihatnya lebih detil.

Tapi, kita jarang mau mempelajari ilmu-ilmu yang berhubungan dengan
godaan syetan dan tipu dayanya. Padahal, syetan menggoda manusia 24 jam
penuh. Maka, tak mungkin orang bisa selamat dari godaan syetan, kecuali ia
mengetahui ilmunya.

Al-Hasan pernah ditanya, "Apakah syetan itu tidur?" Sambil tersenyum,
ia menjawab, "Jika syetan tidur, kita bisa istirahat."

Menurut Imam Al-Ghazali, sedikitnya ada enam cara yang dapat
digunakan untuk mematahkan tipu daya syetan. Pertama, membuat syetan
menjadi kurus dengan memperbanyak dzikir. Rasulullah Saw. bersabda:
"Sesungguhnya orang mukmin itu dapat membuat syetan menjadi kurus,
sebagaimana seseorang membuat kurus untanya dalam perjalanan." Ruang gerak
syetan akan makin sempit dan tak ada kesempatan untuk menggoda manusia,
bila ia selalu berdzikir, mengingat Allah, baik dalam keadaan
berdiri, duduk, atau berbaring.

Kedua, Tidak mendekati tempat maksiat dan tidak berteman dengan
orang-orang yang banyak berbuat dosa. Rasulullah Saw. bersabda: "Siapa yang
berputar-putar di sekeliling yang dilarang, besar kemungkinan ia akan jatuh
ke dalamnya." Dalam hadits lain dikatakan: "Seseorang itu mengikuti agama
temannya, maka perhatikanlah dengan siapa seseorang itu berteman."

Ketiga, selalu mengingat bahwa syetan senantiasa menjerumuskan dan
menyesatkan manusia. Allah Swt. berfirman: "Bujukan orang-orang munafik itu
seperti bujukan syetan, ketika ia berkata kepada manusia, 'kafirlah kamu'.
Ketika manusia itu telah kafir, ia berkata: 'Sesungguhnya aku berlepas diri
dari kamu karena sesunggunya aku takut kepada Allah. Tuhan Semesta Alam"
(QS Al-Hasyr: 16).

Keempat, selalu waspada bahwa syetan senantiasa mencari teman untuk
menjadi penduduk neraka Sa'ir. Allah Swt. berfirman: "Sesungguhnya syetan
itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuhmu, karena sesungguhnya
syetan-syetan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni
neraka yang menyala-nyala (sa'ir)" (QS Fathir: 6).

Kelima, mengosongkan perut (berpuasa). Rasullah Saw. bersabda:
"Sesungguhnya syetan itu berjalan pada manusia di tempat jalannya darah.
Maka, persempitlah jalannya itu dengan mengosongkan perut (puasa)."

Keenam, beriman dan bertawakkal kepada Allah. Allah Swt.:
"Sesungguhnya syetan itu tidak mampu menguasai orang-orang yang beriman dan
bertawakkal kepada Tuhannya" (QS An-Nahl: 99).


Lanjutin Bacanya...s

Basuhlah Cermin Hati Kita!

eramuslim - Terkadang secara tidak sadar, kita begitu sering memandang orang lain tanpa memandang diri
sendiri terlebih dahulu. Sehingga apa yang tergambar dari hasil pandangan kita itu adalah cenderung kepada
peremehan orang lain, menganggap orang lain begitu berbeda (baca: lebih buruk), bahkan berpikir seolah
hanya orang-orang seperti kitalah yang berhak tinggal di dunia ini.

Setelah itu, tidak jarang keluar kata-kata yang juga meremehkan, mengecilkan, dari mulut ini sebagai
kelanjutan dari pandangan awal yang sempit tadi. Dan ini, seringkali dilakukan tanpa sadar karena memang
bermula dari dalam dada (hati) ini. Sungguh saudaraku, kita begitu lupa akan ingatan Allah bahwa belum tentu
orang-orang yang kita anggap lebih buruk (baca:diolok-olok) lebih buruk, bahkan mungkin pada
diri kitalah hakikat keburukan itu. Hanya saja, sekali lagi, kita begitu sering tidak bercermin. Atau mungkin
cemin itu begitu buram dan berdebu karena terlalu lama tersimpan tanpa kita gunakan barang sebentarpun.

Saudaraku, jika mungkin tidak secara lisan kita menghinakan, mencaci, mengecilkan, atau menganggap
remeh orang lain, bisa jadi kita juga melakukan semua hal itu dengan sikap, cibiran bibir, gerakkan badan,
ekspresi wajah atau hanya sekedar menghinanya dalam hati. Betapa sering kita melemparkan uang kecil dari
balik pagar tinggi rumah kepada para pengemis, atau bahkan lontaran kata "maaf" sambil berbalik dengan
mulut menggerutu berharap pengemis itu tidak datang kembali di lain hari.

Sesekali dada ini membusung saat menghadapi atau berbicara dengan orang lain yang kita anggap dalam
posisi tidak lebih baik, tidak lebih beruntung, tidak lebih pintar, tidak lebih tua. Bibir ini boleh jadi
tetap mengembangkan senyum saat berbicara dengan orang-orang itu, tapi senyum itu tentu akan sangat
menyakitkan bila mereka tahu bahwa hati ini sedang menghinakannya. Ketahuilah saudaraku, manusia yang
terlalu sering dihinakan, dizhalimi lebih peka mata bathinnya sehingga mereka bisa dengan jelas membedakan
mana keihklasan dan mana kepalsuan atau kemunafikan.

Mungkin kita merasa gerah, tidak betah bila harus berlama-lama dengan orang-orang yang pakaiannya tidak
sebagus yang kita kenakan, orang-orang yang menu makannya jauh berbeda secara harga apalagi kandungan
gizinya, dengan orang-orang yang tidak memiliki kendaraan seperti kepunyaan kita, tidak bekerja
seperti kita yang karyawan, profesionalis, wanita karir, pengusaha, tidak berpenghasilan sebanyak yang
kita dapat, tidak berpendidikan setinggi yang kita raih saat ini.

Sungguh juga saudaraku, cermin hati ini begitu kotor, sehingga memburamkan mata hati ini dari melihat
keberadaan malaikat Allah diantara kita dengan orang-orang itu yang begitu dekat dan melekat. (Nu'man
bin Muqrin) berkata: "Bahwasannya ada seorang laki-laki mencaci orang lain disisi Nabi Saw, kemudian
orang yang dicaci mengatakan: "Mudah-mudahan keselamatan tercurah atasmu." Lalu Nabi Saw bersabda:
"Ketahuilah bahwasannya ada malaikat di antara kamu berdua yang membelamu; setiap kali orang ini
mencacimu. Malaikat itu berkata kepadanya: "Tetapi engkau, engkaulah yang lebih berhak terhadap cacian
itu; dan jika engkau mengatakan: "Mudah-mudahan keselamatan tercurah atasmu", maka malaikat itu
berkata: "Tidak, tetapi engkau, engkaulah yang berhak terhadapnya." ( HR. Ahmad)

Saudaraku, mari segera kita bersihkan cermin hati ini, basuhlah ia dengan memperbanyak mengagungkan kebesaran
Allah, sehingga mengikis kesombongan yang sekian lama terhujam dalam hati ini. Tanamilah benih-benih
kebajikan dan amal sholeh didasarnya, sehingga menumbuhkan bunga-bunga kesamaan dan penghormatan
terhadap sesama serta siramilah selalu hingga ke akarnya dengan air kesyukuran, sehingga memupuk
kerendahan hati ini. Wallahu a'lam bishshowaab (Bayu Gautama)

Lanjutin Bacanya...s

  © The Professional Template Designed by Ourblogtemplates.comModified by Rachmat Naimulloh

Back to TOP